Selasa, 02 Februari 2016
Senin, 25 Januari 2016
Biji Tasbih Cendana Eksis Ribuan Tahun Memancarkan Aura
Kawan, sudah tahukah kalian kalau biji tasbih adalah alat
ibadah yang bertahan kira-kira 18 abad? Inilah fakta-fakta unik di balik
keeksisan biji tasbih.
1.
Dikenal
Ribuan Tahun, Biji Tasbih Punya Banyak Nama
Biji tasbih rupanya merupakan alat ibadah universal.
Banyak sekali agama-agama besar yang menggunakannya, bahkan sejak Islam belum
lahir. Ini juga berarti bahwa berhitung dengan biji tasbih bukanlah budaya asli
umat Islam. Loh, tapi tasbih kan identik
dengan Islam? Anggapan ini tidak sepenuhnya salah, karena kata ‘tasbih’
sendiri merupakan nama sebuah dzikir (do’a) umat Islam. Nama lain yang lebih
dikenal dalam bahasa Arab adalah Misbahah atau Shubah. Bahasa Urdu menyebutnya
“Tasbeeh”, sedangkan Albania, Turki, dan Bosnia menyebutnya “Tespih”.
Agama
tertua yang diduga pertama kali menggunakan biji tasbih adalah Hindu dan Budha
sebagaimana bukti arkeologis yang ditemukan. Umat Hindu dan Budha menyebutnya
dengan nama ‘Juzu’, ‘Nenju’, ‘Zhu Shu’, dan ‘Japa Mala’. Umat Kristiani
menyebutnya dengan nama lain, yaitu ‘Biji Rosario’, ‘Komboskini’, ‘Rosario
Byzantin’, ‘Chotki’, ‘Matanie’, ‘Rosario Santa Brigitta’, ‘Rosario Angklikan’,
‘Rosario Fralsarkransen’, dan lain-lain. Kesemuanya mengacu pada sebuah untaian
biji-bijian atau manik-manik sesuai dengan kebutuhan dalam berdoa di
masing-masing agama. Jadi, secara umum biji tasbih adalah alat penghitung do’a
yang berbentuk untaian biji-bijian atau manik-manik.
2.
Merupakan
Alat Ibadah Universal, Lantas Bagaimana Hukum Biji Tasbih
Berdzikir denganmenggunakan biji tasbih merupakan hal
yang menuai kontroversi dalam agama Islam. Sebagian ulama mengharamkan,
sebagian lain menghukumi mubah dan makruh. Selisih pendapat itu terjadi akibat
perbedaan cara tafsir pada beberapa hadist, salah satunya sebagai berikut:
Hadist Shafiyah binti Hayyi (istri Rosullullah SAW) yang
arinya, “Dari Kinanah budak Syafiyah berkata, saya mendengar Shafiyah berkata:
Rosullullah pernah menemuiku dan di tanganku ada empat ribu nawat (biji kurma)
yang aku pakai untuk menghitung dzikirku. Aku berkata, “Aku telah bertasbih
dengan ini.” Rosullullah bersabda, “Maukah aku ajari engkau (dengan) yang lebih
baik dari pada yang engkau pakai bertasbih?” Saya menjawab, “Ajarilah aku,”
maka Rosulullah bersabda, “Ucapkanlah: سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ
خَلْقِهِ. (Maha Suci Allah
sejumlah apa yang diciptakan oleh Allah dari sesuatu).”
Sebagian ulama menafsirkan hadist di atas sebagai bukti
tidak dilarangnya penggunaan biji tasbih. Sebagian lain menafsirkannya sebagai
bukti bahwa ada cara berdzikir yang lebih baik dari pada menggunakan biji
tasbih. Sebagian menafsirkannya lain lagi, yaitu menganggap hadist di atas
sebagai bukti tidak disukainya berhitung dengan biji tasbih oleh Rosullullah
SAW.
Penulis punya gambaran lain tentang fenomena ini, contohlah
olah raga menggunakan alat dan olah raga tanpa alat. Olah raga menggunakan alat
membutuhkan biaya yang lebih besar dan tempat khusus, namun hemat waktu dan
lebih mudah dilakukan. Lain halnya dengan olah raga tanpa alat yang dapat
dilakukan di mana saja dan tidak membutuhkan biaya, namun butuh waktu lama dan
lebih sulit dilakukan. Sebagian orang menilai olah raga dengan alat hanyalah
bentu kekinian orang-orang pemalas yang ingin badan sekal secara instan. Bagi
sebagian orang lain, olahraga dengan alat adalah bentuk kemudahan di tengah
padatnya aktivitas. Hal terpenting yang dimaksudkan penulis adalah niat. Jika
berdzikir dengan tujuan memudahkan mengetahui jumlah dzikirnya sesuai amalan
yang ingin dilakukan, tentu itu adalah niatan baik. Namun, jika ditujukan untuk
memamerkan jumlah dzikirnya, tentu itu adalah niatan yang tidak baik.
3.
Biji
Tasbih Tertentu Dapat Meningkatkan Aura
Beberapa pendapat menafsirkan aura sebagai daya tarik
seseorang yang terpancar dari diri seseorang. Pancaran ini adalah cahaya halus
dalam diri orang tersebut yang merupakan wujud batinnya. Aura dapat menyebabkan
seseorang disukai, dihormati, bahkan dijauhi, karena aura memiliki wujud baik
dan buruk. Aura baik hanya dapat dimunculkan dengan perilaku-perilaku baik dan
kedamaian batin. Salah satunya dengan cara berdzikir secara khusyuk.
Kekhusyukan ini dapat diperoleh dengan menciptakan suasana batin yang nyaman
melalui lingkungan yang kondusif untuk berdzikir. Yaitu, menciptakan tempat
dengan warna, nada, aroma, dan suasana yang membuat hati nyaman.
Pemilihan biji tasbih pun menjadi faktor penting untuk
memperoleh kenyamanan. Biji tasbih dari kayu cendana merupakan biji tasbih yang
pas untuk digunakan. Aroma wanginya yang khas dapat membuat seseorang rileks. Berdasarkan
riset, hal ini dikarenakan kayu cendana memiliki sifat anti-depresan. Oleh
karena itu, orang yang mencium aroma kayu cendana tingkat kecemasan, stres, dan
depresinya dapat berkurang bahkan hilang. Kayu cendana terbaik adalah yang
didatangkan dari NTT. Kayu cendana ini konon mampu menyimpan wanginya hingga
berabad-abad. Tak ayal lagi jika sejak zaman awal dikenalnya biji tasbih, kayu
cendana juga merupakan salah satu bahan yang diminati. Bahkan perdagangan kayu
cendana sudah terjadi sejak sebelum biji tasbih dikenal.
Mau mencoba bisnis tasbis dari kayu cendana!! Buruan order "Kayu Cendana NTT" hanya disini!!! Untuk Info klik disini.
Mau mencoba bisnis tasbis dari kayu cendana!! Buruan order "Kayu Cendana NTT" hanya disini!!! Untuk Info klik disini.
Cendana atau Santalum Album
Kerajaan :
|
Plantae
|
Divisi :
|
Magnoliophyta
|
Kelas :
|
Magnoliopsida
|
Ordo :
|
Santalales
|
Famili :
|
Santalaceae
|
Genus :
|
Santalum
|
Spesies :
|
S. album
|
Cendana atau Santalum Album merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Cendana (Santalum album) memiliki batang berukuran kecil hingga sedang dengan diameter mencapai 40 cm dan tinggi mencapai 20 meter, dan kerap menggugurkan daun. Batangnya bulat agak berlekuk-lekuk. Tajuk pohonnya ramping atau melebar. Kulitnya kasar dan berwarna cokelat tua. Batang yang sudah tua berbau harum.
Daun cendana tunggal, berhadapan dengan bentuk elips dan tepi daun yang rata. Ujung daun runcing meskipun terkadang membulat. Akar cendana tanpa banir. Cendana memiliki perbungaan yang terminal atau eksiler yang tumbuh di ujung dan ketiak daun. Cendana memiliki buah batu berbentuk bulat yang berwarna hitam saat masak.
Cendana tumbuh di tanah yang panas dan kering terutama di tanah yang banyak kapurnya pada ketinggian hingga 1.200 m dpl. Cendana merupakan tumbuhan hemiparasit (setengah parasit) yaitu bersifat parasit hanya dalam sebagian tahap perkembangannya. Pada awal masa pertumbuhannya kecambah pohon cendana membutuhkan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Pohon cendana dipercaya merupakan pohon asli Indonesia yang tersebar secara alami Larantuka (Flores Timur), Adonara, Solor, Lomblen, Alor, Pantar, Rote, Timor Barat, Sumba, dan Wetar. Saat ini pohon cendana tersebar ke berbagai pulau di Indonesia termasuk Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Bahkan hingga di beberapa negara seperti India, China, dan Filipina.
Kayu cendana (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Sebagai gantinya, sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Sandalum spicatum ). Kedua jenis kayu ini memiliki beberapa konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.